Living In The Past .. ? (1)

Posted by By Truth Seekers On 18.25

     Manusia adalah umat yang senantiasa beregenerasi, oleh karenanya ia disebut khalifah yang makna dasarnya adalah pengganti. Ibnu Katsir menafsirkan khalifah dalam Al-Baqarah : 30, sebagai umat yang silih berganti dan beregenerasi ( Ibn Katsir 1 : 216 ). So .. adakah sesuatu yang menarik dari regenerasi ?. Selain dinamikanya yang luar biasa, kita juga tidak boleh lupa dengan satu hal, benturan antara generasi. Sudah sejak lama, kaum tua dan kaum muda dikontraskan sebagai rival abadi secara ideologis. Superioritas kaum tua, dengan alasan lebih berpengalaman seringkali terasa menjadi batu sandungan bagi anak-anak muda. Sebaliknya inferoritas anak muda tak jarang membuat mereka bangkit untuk melakukan revolusi ideologis. Percaturan antara keduanya seringkali berujung pada benturan. Siapakah pemenangnya, orang tua yang sudah banyak pengalaman dan merasakan amis, asam dan asin-nya "permen nano", atau kaum muda yang berusaha membentuk ideologi independen yang bertolak dari konteks ketika ia dilahirkan ( yang tentunya berbeda dengan orang tuanya ketika ia dilahirkan ) ?. Sejatinya kita memang tidak sedang mencari pemenang, hal yang harus menjadi perhatian bersama adalah solusi kompromistik yg bisa mendamaikan keduanya. Hampir dapat dipastikan bahwa benturan antar generasi sedikit banyak, cepat atau lambat akan dialami oleh umat manusia dalam kodratnya sebagai makhluk yang dinamis. 


      Well, kita akui, saat ini kita memang hidup dalam konklusi masa lalu kita.  most of us live in our conclusion about the past ___ agree ?? 


       Satu satunya hal yang menjadi biang keroknya adalah waktu itu sendiri, meskipun namanya sama-sama past ( masa lalu ) ___ tapi past-nya tiap orang pasti berbeda-beda sesuai dengan fenomena generasi masing-masing. Ketika conclusion of the Past-nya orang tua diberlakukan kepada anaknya yang sama sekali belom memiliki masa lalu, atau masa lalunya masih sedikit dan tidak layak untuk dijadiin konklusi, maka yang terjadi adalah pelestarian conclusion of the Past yg menjadi sakral, itulah yg kita sebut dengan adat istiadat. It's OK, kalo emang kesenjangan alam ideologis keduanya belum begitu lebar. Tak berlebihan kalau kita katakan bahwa ini sejatinya emang benturan antar " zaman ", setiap kali ia hendak berganti. Tapi saat ini, di abad 21 ini, kita semestinya bercemas hati,  why ???


       Memasuki kuartal millenium baru, umat manusia telah sampai pada gerbang "peradaban gelombang ketiga", kata Alvin Toffler. Menurut pengamat sosial asal Amrik itu, berdasarkan analisis 4 level, socio-sphere, info-sphere, techno-sphere, dan psycho-sphere, sepanjang sejarahnya, umat manusia telah melewati 3 gelombang peradaban ( lebih jelasnya liat aja di bukunya, Third Wave ). Saat ini kita mulai memasuki gerbang gelombang ketiga. Indikasinya adalah revolusi massif dalam 4 hal di atas. Simaklah penerangannya berikut ini :


" Sebuah peradaban baru sedang muncul dalam kehidupan kita. Perubahan ini membarikan manusia gaya-gaya baru, cara untuk bekerja, mencintai dan hidup yang makin berubah, sebuah ekonomi baru, konflik-konflik politik baru dan yang terpenting adalah sebuah kesadaran yang juga berubah


      Kesadaran yang juga berubah ? maksute piye ??? ____


      Sebelumnya, secara kasar marilah kita katakan bahwa selama ini kita memang living in the past ?. Lantas, sudahkah kita menemukan arti sebenarnya dari "present" yang bener-bener independen ?, rasanya memang mustahil, karena perjalanan waktu itu tidak mengenal sekat-sekat pembatas, paling banter yang ada hanya living in the past right now ! . Ya .. kalo dengan peta waktu memang sulit terpecahkan, kita gunakan pemetaan berdasarkan kesadaran sebagaimana yg dibilang om Alvin. Dengan pemetaan ini perbedaan antar generasi akan terlihat secara ideologis. Dan sekali lagi, kesadaran manusia post-modern benar-benar sudah berubah -katanya. 


      Lalu .... what next _________ ?????
bersambung ke Part 2      

0 comments

Posting Komentar