M-For Music

Posted by By Truth Seekers On 12.24

Story of Mine : M- for Music

          Manusia dan musik merupakan suatu kepaduan yang tidak bisa dipisahkan. Ia dengan sendirinya merupakan asesoris kehidupan sehari-hari manusia sejak dahulu kala – bahkan mungkin menjadi kebutuhan. Bagiku musik adalah simfoni-simfoni yang turut memberi warna ruang kehidupan. Ha .. bagaimana tidak, setiap kali orang berbicara, semua ya pake musik. Musik dialek sunda berbeda dengan musik dialek jawa, minang, madura, batak, dsb. Bayangin kalo semua nada yang ada itu datar, nggak ada variasi ..., so .. life is tasteless. Ya ... manusia dan irama adalah gula dengan rasa manisnya. 

          Pada dasarnya, darahku adalah darah musisi. Jika ditelusuri, kakekku dulu adalah seorang bassis orkes melayu tahun 50-an, ya kalo zaman sekarang namanya band lah. Bahkan sekarang  dia masih bisa memainkan biola lho .....


Orkes Melayu on Stage ...


 Babehku juga seorang gitaris dan bassis band tahun 70-80-an, nyampe sekarang skill  gitarnya boleh dicoba ia juga bisa maen instrumen seruling, kecapi sama piano. Yang lebih sangar lagi, secara historis,kampung tempat aku tinggal adalah kampung musisi. Ha .. sungguh menggelikan ketika mendengar bahwa para sesepuh kampung yang udah pada berkepala enam ternyata dulunya adalah pemusik semua. Ternyata sejak dari dulu kampungku itu emang pusat “ orkes “. Yup .. Bang Haji Oma Irama adalah salah satu buktinya, musisi produksi tasikmalaya,, he..he..











                                                                                       
Me and Music                                                                                    
          Sebenarnya ... sejak kelas 3 SD aku sudah bisa maen seruling sunda sama gamelan diajarin sama babeh, piano, gitar, semua aku belajar. But ... the wind has take me away to another realm ..., nyatanya aku “ tersesat “ ke pesantren yang “ mengharamkan " seruling sama gitar, ha ( masih ingat sekali waktu kang Ismail marahin aku yg lagi maen suling nyanyiin sapu nyere pegat simpay.. how nostalgic) .. what a pity. Nyesel ? .. oh .. tidak, justru aku malah bersyukur karena tersesat ke jalan yang benar, meskipun nggak ada bakat jadi ustadz..karena nggak ada dari sananya.. ha..ha...,

          Walhasil, di sela-sela ngehapal al-fiyyah sama yaqulu, aku pun nyempetin diri dengerin Dewa 19, Padi, Scorpions, LP, dst.. the result is .. ?? aku dapet Nilai A pas pelajaran nyanyi di SMP ketika nyanyiin lagunya Broery Marantika.. !! ha.. what a laugh .. !


                      VS

                                                                                                      

So .. haramkah ia ? .. nah .. aku anak pesantren sekaligus suka musik juga, bagaimana hukum bermusik itu sendiri ? ,, silahkan lihat di sini.



       Bagiku musik itu ibarat garam yang dipake bikin sayur, kalau takarannya pas ya bikin rasa enak, tapi kalau kebanyakan malah bikin keasinan. Ia bisa menghilangkan stress kaya musik-musik instrumen relaksasi, bisa mengulas memorial, bikin menangis, tertawa, bahkan katanya bisa ngasah otak, kaya musik mozzart atau digunakan bisa terapi kesehatan dsb. Jujur saja, aku suka nangis kalau dengerin lagu “ nahawand “ sama “ hijaz “ ketika ada qori lagi baca Qur’an, apalagi sama H. Rif’at Aby Syahid, qori al-Falah Bandung, beliau adalah salah satu qori terfavorit. Atau aku jga suka nangis tanpa sadar kalau dengerin “ Menjaring Matahari “-nya Ebiet G.Ade, “ Tuhan ”-nya Bimbo, “ Ketika Tangan dan Kaki Berbicara ”-nya Chrisye atau “ We Dont’t Own The World “-nya Scorpions, dsb. Dan ketika aku mendengar “ Send me an Angel “, “ Still Loving You acoustica “ dan “ We’ll Burn The Sky”-nya scorpions, otomatis alam fikiranku terbawa pada ulasan memori masing-masing lagu yang dahulu pernah terjadi.. it’s called the song ..


Tapi ... di saat yang sama ada juga lagu yang misioner, dia bisa bikin orang emosional, bikin si pendengarnya melakukan apa yang dianjurkan lirik lagunya dan bikin orang gila sekalipun, bahkan bisa bikin orang bunuh diri ...! pernahkah anda lihat video satanisme dan kebudayaan modern yang di-upload oleh Karakoon Film di Youtube ?, Di sana ada beberapa jenis musik yang disebut-sebut sebagai musik satanik yang katanya membawa misi freemason Aleister Crowley, sebut saja masterpiece " Stairway to Heaven " punya Led Zeppelin. Dalam lagu itu ada bagian chorus yang jika di-back ward liriknya malah bercerita tentang satanisme. Atau mungkin pernah dengar lagu “ reverse “-nya Karl Meyer dan “ Gloomy Sunday “-nya Riszo yang bisa bikin orang gangguan jiwa dan bunuh diri ?. Yup .. Ia sejatinya memang pedang bermata dua. 


     Ya .. sejatinya kita memang harus bijak dan selektif dalam memilih jenis musik. Namun menurutku, masa kejayaan musik yang benar-benar merepresentasikan dirinya sebagai the real art adalah pada masa Baroque, Classical dan Romantic, antara tahun 1600 - 1910-an. Tapi bukan berarti musik era selanjutnya tidak bernilai, bahkan dengan komposisi lirikal yang seimbang dengan instrumental, musik generasi berikutnya menjadi semakin representatif. Namun dalam konteks irama, nada, komposisi instrumental, dan nilai ekspresif ketiga periode tersebut merupakan masa-masa klimaks. Di sana ada banyak Maestro Musik, sebut saja Ludwig Van Beethoven, Wolfang Amadeus Mozart, Antonio Vivaldi, dll. Simaklah karya Beethoven yang sangat ekspresif dan emosional. Ada yang romantis, halus, melankolis, dan ada juga yang emosional, berapi-api dan menggebu-gebu. Ketika anda mendengarkan moonlight sonata, anda akan dibawa kepada alam cahaya bulan yang mahaindah. Ketika mendengar Symphony no. 5, anda akan menyusuri alam kehidupan manusia dengan segala hiruk-pikuknya. Bagi anda yang suka romantis dan harmonis, dengarkanlah Pires Dumay-nya Mozart yang komposisinys sarat akan atmosfir keharmonisan.
 




     Hal yang juga tak kalah penting, musik merupakan salah satu media ekspresi manusia dalam mengapresiasi kehidupannya. Dengarkanlah Moonlight Sonata yang terlahir dari apresiasi Beethoven akan cahaya bulan yang sering ia pandangi di waktu malam. Melalui hal semacam ini kita akan sampai pada suatu titik di mana manusia itu adalah SATU ! sebagai makhluk Tuhan yang pada dasarnya adalah harmonis dan romantis, meskipun pada fakta objektifnya memang terdapat banyak kesenjangan antara kenyataan ( das sein ) dan harapan ( das sollen ), sehingga muncullah kebencian, kejahatan, perang, dll. Melalui musik semacam ini, aku termasuk orang yang berkeyakinan kuat bahwa sejatinya, manusia pada dasarnya adalah cinta. Pada hakikatnya, alam nurani manusia tertuju pada satu titik yang sama, yakni keharmonisan, hanya orang yang sakit jiwa saja yang nuraninya tertuju pada kejahatan. Melalui karya-karya Beethoven misalnya yang pada waktu itu masih marak perang antar bangsa, dapat kita temui bagaimana luapan-luapan emosional manusia yang berharap akan kedamaian dan ketentraman di tengah hiruk-pikuk dan gegap gempita alam kehidupan ini. Musik semacam inilah yang menghimpun cita, rasa, dan luapan-luapan kemanusiaan lainnya.


So .. di sini ane cuman mau sharing ekspresi musikal aja, silahkan diobrak-abrik sesuai undang-undang yang berlaku ..... ^_^


So.. this place is my free-market of musical expression .... please !      
          

0 comments

Posting Komentar