Friedrich Ernest Daniel
Schleiermacher lahir di Breslau, Silesia, 21 November 17678 dan meninggal di Berlin,
12 Februari 1834. Ia terkenal sebagai bapak teologi protestan modern. Salah
satu magnum opusnya, Der Christliche Glaube merupakan inerpretasi
sistematis terhadap dogma-dogma kristen.
Mulai tahun 1783-1785, ia belajar di
sekolah Moravian Brethren, salah satu lembaga pietis yang terkenal di
Niesky. Di sinlah ia meluapkan ketertarikannya terhadap filsafat yunani klasik
dan mencurahkan pengalaman keberagamaannya. Sebagai pelajar independen ia
memulai studi teologi. Ia memulai studi intensif tentang filsafat Immanuel
Kant. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Drossen, dekat Frankfurt, di mana ia
mempersiapkan eksperimen teologinya yang pertamanya. Meskipun ia lebih banyak
membaca tentang etik ketimbang teologi, ia melakukan reformasi teologi pada
tahun 1790. (Sumber: Schleiermacher, Encyclopaedia Britanicca Ultimate
Reference Suite)
2.
Konsep Kunci Hermeneutika Schleiermacher
Model Interpretasi
Kontroversi
teoritis yang biasa dibincang dalam hal ini adalah hubungan antara teks (text), pengarang
(author) dan pembaca (reader). Secara lebih spesifik,
permasalahannya kemudian terletak pada relasi antara bahasa, penggunanya, dan
dunia ketika bahasa itu dituturkan.
Kemudian
Relasi subjek dengan bahasa adalah “relasi-menerima” (receptive) secara
konsekuensial. Dalam artian bahwa bahasa diterima dari dunia luar dan subjek
tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyampaian maknanya. Dalam
konsepsi intensionalis, author (pengarang) adalah sumber dari otoritas
kepemilikan makna dalam setiap teks yang ia produksi. Kemudian, subjek memiliki
relasi yang spontan dengan teks itu; suatu makna berdasarkan aksi mental (mental
acts) si produser teks itu.
Selanjutnya
Schleiermacher menegaskan bahwa tidak ada polarisasi antara jaringan aktif (active
link) dan pasif (passive link) dalam hal pemahaman teks. Dalam
hermeneutikanya, aspek resepsi (penerimaan) dalam relasi subjek dan bahasa
adalah apa yang ia istilahkan dengan gramatikal yang datang dari dunia objek
dan bisa dimekanisir. Apa yang ia sebut dengan relasi spontan adalah aspek psikologikal
dan teknis dalam proses tersebut.
Hermeneutika,
Dialektika dan Kritisisme
Salah
satu pemikiran hermeneutisnya yang paling populer tertuang dalam beberapa
karyanya yang ia selesaikan dalam periode yang berbeda yang pada tahun 1835
diterbitkan dengan judul Hermeneutic and Criticism yang di dalamnya
menyoal interpretasi kitab perjanjian baru. Hal yang juga mesti digaris bawahi
adalah pernyataannya bawa tidak ada perbedaan antara menafsirkan teks agama dan
teks sekuler (non-agama).
Aktifitas
memahami merupakan sesuatu yang terjadi dalam lingkar horizon antara teks dan
sang penafsirnya. Dengan demikian, secara kontras ia menegaskan bahwa klaim
kebenaran (truth claim) tidak akan pernah menjadi sesuatu yang
definitif, karena semua “bukti” yang diperlukan tidak pernah selamanya hadir.
Schleiermacher
sendiri mendefinisikan hermenetika sebagai berikut: “The art of
understanding .. the ... dicourse of another person correctly. Selain itu
ia juga mensyaratkan hal ini dalam konteks dialektika. Hermeneutika akan
mencari intensitas spesifik seseorang dalam konteks ucapan/aktvitas verbalnya (utterence).
Intensitas tersebut jelas tidak akan habis oleh kemungkinan validitas umum
dalam penuturan mereka. Hubungan antara intensitas dan validitas dalam hal ini
adalah tegas dan meyakinkan (dicisive) dalam hal hermeneutika dan
dialektika.
Terkait
elemen-elemen vital hermeneutika ia mengatakan : Looked at from the side of language the
technical discipline of hermeneutics arises from the fact that every utterance
can only be counted as an objective representation [Darstellung] to the extent to which it is taken from
language and is to be grasped via language, but that on the other side the
utterance can only arise as the action of an individual . . . The reconciliation [Ausgleichung] of both moments makes understanding and
explication into an art.
“Dilihat
dari sisi bahasa, secara teknis, hermeneutika timbul dari suatu fakta bahwa
setiap ucapan (komunikasi verbal) hanya akan bisa dibilang sebagai representasi
objektif (darstellung) dalam ruang lingkup yang diambil dari bahasa dan
diserap via bahasa juga, tetapi bahwa di sisi lain ucapan hanya bisa timbul
sebagai aksi individual .. rekonsiliasi
(Ausglichung) dari kedua momen tersebut melahirkan suat pemahman dan
eksplisitasi menuju suatu seni” .....
Dengan
demikian hermeneutika dan dialektika hanya akan bisa dikembangkan ketika
keduanya berjalan seiringan. Maka, relasi antara pengertian individual dan
universal selamanya tidak akan bisa mapan secara utuh, semua tetap bergantung pada
konteks suatu ucapan.
Hal lainnya yang patut diperhatikan
dalam memahami aktvitas verbal adalah tentang “meramal makna verbal” (divination)
yang ia anggap sebagai hal yang penting dalam aktivitas memahami. Divination
berarti:
the ability to revisable judgments about the relationships between
words, which are inherently general, and particular things
“ suatu
kemampuan untuk membuat suatu keputusan sementara yang bisa ditinjau ulang (revisable)
tentang relasi antara kata-kata yang general secara inheren dan hal-hal
partikular lainnya...
Terkait
“kiat-kiat” memahami secara hermeneutis, Schleiermacher memberikan resep
sederhana:
The task can also be put like this: ‘‘to
understand the utterance at first just as well as and then better than its author.’’ For because we have no
immediate knowledge of what is in him, we must seek to bring much to consciousness which can remain
unconscious to him, except to the extent to which he reflexively becomes his own reader. On the
objective side he as well has no other data here than we do.
“
Cara kerjanya dapat digambarkan seperti ini: ‘untuk memahami suatu aktivitas
verbal, yang sama baiknya dengan – dan kemudian lebih baik daripada – penuturnya.
Karena kita tidak mempunyai pengetahuan langsung tentang apa yang ada dalam
dirinya, kita harus menitikberatkan kepada sebuah kesadaran yang bisa tidak
disadari sendiri olehnya, kecuali dalam
lingkup dia menjadi pembaca (reader) secara refleksif. Dalam sisi
objektif, di sini ia tidak memiliki data lainnya daripada apa yang kita
lakukan” ......
(
Sumber: Andrew Bowie, The Phylosophical Significance of Schleiermacher’s
Hermeneutics, dalam The Cambridge Companion to Friedrich Shleiermacher, edited
by. Jacqueline Marina, New York: Cambridge University Press, 2005 )
0 comments
Posting Komentar