Hermeneutika

Posted by By Truth Seekers On 13.30

Add caption
Definisi Hermeneutika

Secara etimologis, kata hermeneutika diambil dari bahasa Yunani, yakni hermeneuein, yang berarti “menjelaskan” (erklaren, to explain). Kata tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Jerman Hermemeutik dan bahasa Inggris  Hermeneutics.[1] Beberapa kajian menyebutkan bahwa Hermeneutika adalah “proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan nenjadi tahu dan mengerti”.[2] Sebagai sebuah istilah, kata tersebut didefinisikan secara beragam dan bertingkat. Keragaman tersebut, misalnya dikemukakan oleh Hans George Gadamer dalam artikelnya “Classical and Philosophical Hermeneutics”. Di dalamnya ia mengemukakan bahwa sebelum menjadi suatu disiplin keilmuan, istilah ini merujuk pada sebuah aktivitas penefsiran dan pemahaman. Dalam hal ini, dia mengatakan: [3]

Hermeneutics is the practical art, that is, a techne, involved in such things as preaching, interpreting other languages, explaining and expliciting text, and the basisi of all of these, the art of understanding, an art particulary required anytime the meaning of something is not clear and unambigous.

(Hermeneutika adalah seni praktis, yakni techne yang digunakan dalam hal-hal seperti berceramah, menafsirkan bahasa-bahasa lain, menerangkan dan menjejelaskan teks-teks, dan sebagai dasar dari semua ini (ia merupakan) seni memahami, sebuah seni yang secara khusus dibutuhkan ketika makna sesuatu (teks) tidak jelas).

Ia juga menyatakan bahwa hermeneutika pada masa kontemporer diartikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang membahas aspek-aspek metodis yang secara teoritis dapat menjustifikasi aktivitas penafsiran.

Selanjutnya terkait medan kajian Hermeneutika, secara essensial  Gadamer mengatakan :
Language occurs once again, in vocabulary and grammar as always, and never without the inner infinity of the dialogue that is in progress between every speaker and his partner. That is the fundamental dimension of hermeneutics.[4]

(Sekali lagi, bahasa tampil dalam kosakata dan tata bahasa sebagaimana biasa, dan tak akan lepas dari seabrek kandungan yang dihasilkan oleh dialog yang berlangsung antar setiap pembicara dan pasanganya. Itulah dimensi fundamental Hermeneutics).

        Sejarah Singkat Perkembangan Hermeneutika

1. Hermeneutika Teks Mitos

            Sebagai embrio, hermeneutika telah disinggung di dalam filsafat antik di Yunani kuno. Objek penafsiran kala itu adalah teks kanonik (yang telah dibukukan), baik berupa kitab suci, hukum, puisi dan mitos. Pembedaan makna hakiki (literal) dan majazi (allegoris) suatu teks pertama kali dilakukan oleh Homer dan Hesiod.

2. Hermeneutika  Teks Kitab Suci

            Penafsiran allegoris kemudian dikembangkan terutama oleh para filsuf di Stoa dan dipraktekn oleh para teolog masa patristik ( abad 1 s.d. 6 M ) terhadap perjanjian lama secara mendalam dan melodis. Proses pemahaman allegoris bertujan untuk memperoleh makna yang mendalam terhadap teks tertentu. Diantara cintoh penafsiran allegoris yang terkenal adalah penafsiran Philo terhadap Hohelied (Kidung Agung) dalam perjnjian lama. Selanjutnya Origenes membedakan makna teks ke dalam tiga macam: literal, moral dan ruhani/spiritual.

3. Hermeneutika Umum

            Selanjutnya, hermeneutika digunakan bukan hanya sebatas teks-teks suci semata, namun kepada segala hal yang bisa ditafsirkan. Inilah yang disebut Allgemeine Hermeneutik. Pada abad  ke 17, hermenutika dipandang sebagai ilmu mandiri. Konon dikatakan ia muncul bersamaan dengan aliran humanisme saat dan digunakan untuk memahami teks sulit dari Bible. Dua tokoh yang diangap sebagai penggagas hermeneutika umum ini adalah Johann Conrad Dannhauer (1603 – 1666) dan Friedrich Ernest Schleiermacher.





[1]. Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Nawesea Press, 2009). hlm. 5
[2] . Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an, Tema tema Kontroversial, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005). hlm. 6
[3] . Lihat Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, hlm. 5-6
[4]. Hans George Gadamer, Philosophical Hermeneutics,translated and edited by David E. Linge, (London: University of California Press, 1977), hlm. 17

0 comments

Posting Komentar