Translated
from ‘What Good and Evil are’ in “Short Treatise on God, Man, and His
Well-Being” by Spinoza
’
Untuk memberikan penjelasan singkat
tentang apa yang dimaksud dengan kebaikan dan kejahatan, kita harus memulai
dari point ini: Sebagian sesuatu itu ada yang hanya terancang dalam pemahaman (understanding)
kita saja dan tidak pada fakta alamiahnya (nature), di samping ia juga
merupakan sekedar daya cipta kita belaka. Tujuan dari semua itu dimaksudkan untuk
menjelaskan sesuatu secara berbeda. Di antara jaringan tersebut, kita
menyertakan semua relasi yang memiliki referensi/basis kepada sesuatu yang
berbeda. Ini kita sebut dengan ‘entia rationis’ (things of reason).
Sekarang pertanyaannya
adalah apakah kebajikan dan kejahatan merupakan bagian dari ‘entia rationis’
atau ‘entia realia’ (real things) ?. Ketika kebajikan dan
kejahatan hanya merupakan sebatas “relasi”, maka tak pelak lagi, ia harus
ditempatkan dalam ‘entia rationis’. Kita tidak bisa mengatakan sesuatu
itu ‘baik’ kecuali dengan referensi dari sesuatu lainnya yang ‘tidak baik’ atau
sesuatu ‘yang tidak terlalu berguna’ bagi kita sebagaimana beberapa hal
lainnya.
Kita mengatakan seseorang itu buruk
hanya dalam konteks komparasi dengan orang lain yang lebih baik darinya. Sama
juga dengan mengatakan bahwa sebuah apel itu jelek, dalam komparasi dengan apel
lain yang lebih bagus. Semua ini tidak mungkin dikatakan jika sesuatu yang
lebih baik – dalam komparasi dengan apa yang disebut jelek –
itu tidak ada.
Dengan demikian, ketika kita
mengatakan bahwa sesuatu itu ‘baik’, kita hanya bermaksud bahwa sesuatu itu
cocok dengan ide-ide umum yang kita miliki tentang sesuatu itu. Namun,
sebagaimana kita jelaskan sebelumnya, sesuatu itu mesti memufakati ide
partikularnya – di mana esensi harus menjadi sempurna – dan tidak (mesti
bermufakat) dengan ide generalnya, karena dalam kasus ini ia tidak akan ada.
Untuk mengkonfirmasi apa yang baru
saja diutarakan, kami akan menambahkan lagi pembuktian lainnya: Segala sesuatu
yang berada dalam fakta alamiah (nature), itu bisa berupa ‘benda-benda’
(things) dan aksi (action). Kebajikan dan kejahatan bukan
merupakan ‘benda’ maupun ‘aksi’, dengan demikian ia tidak ada dalam fakta
alamiah.
Selanjutnya, jika kebajikan dan
kejahatan adalah berupa ‘benda’ atau ‘aksi’, maka mereka harus memiliki
definisi masing-masing. Tapi kebajikan dan kejahatan (contohnya seperti
kebajikan Peter [goodness of Peter] dan kejahatan Judas [wickedness
of Judas] ) tidak memiliki definisi terlepas esensi Judas dan Peter, karena
ia sendiri eksis dalam fakta alamiah dan mereka tidak dapat didefinisikan tanpa
adanya esensi mereka.Dengan demikian, kebajikan dan kejahatan bukan merupakan
‘benda’ atau ‘aksi’ yang ada dalam fakta alamiah.
Translated by : Asep N.M.
2 comments
hai asep.. :D my name is anonymous.. :v
Posted on 26 Mei 2013 pukul 19.19
manusia yang sudah dapat membedakan yang baik dan yang buruk disebut baligh dimana telah sempurna akalnya, dan itulah yang membedakan manusia dengan lainnya...banyak manusia yang melakukan keburukan, sebenarnya ia tahu lau itu buruk tapi ttp dilakukannya dan lama kelamaan menganggap yang buruk itu baik..na'uzubillah..hati yg bersih serta akal yg jernih jualah yg kita harapkan..
Posted on 27 Mei 2013 pukul 04.28
Posting Komentar